Rabu, 11 Mei 2011

cerpe kehidupan menanti segalanya

cerita kehidupan ku 


Sejak tahun 1996 aku dilahirkan oleh ibuku.Aku anak kedua dari dua bersaudara. ibuku soerang wiraswasta dan ayahku seorang buruh bangunan tetapi kedua orang tuaku bekerja keras hanya untuk membersarkan aku dan abangku pada saat. Usia abangku genap 17tahun ayahku menderita penyakit tumur ganas yang akan merengut nyawanya mungkin ini kado terpahit yang pernah abangku rasakan. Kata dokter ayahku sudah di vonis umurnya tinggal 20hari lagi setelah aku mendengar ucapan dokter itu aku merasa aku tidak punya semangat lagi untuk hidup yg ada di pikiranku hanyalah ayah dan ayah. Selama ayah dirawat di rumah sakit aku sekolah amburadul nilaiku tak tentu aku kadang masuk sekolah kadang tidak di kelasku aku mendapatkan absen terbanyak dengan keterangan alpa. Tapi kata dokter hanya ada satu cara untuk membuat ayahku bertahan hidup yaitu dengan di operasi keluar negri yaitu di negara kincir angin atau belanda. Aku cukup lega mendengarkan ucapan dokter tersebut. Setelah beberapa saat aku meminta ibu untuk menyetujui ayah di operasi ke belanda. Ibuku tidak setuju karna biayanya cukup besar ibu tidak mampu untuk membayar operasi ayahku sebesar Rp.900.000.000 ibuku berkata kepada ku uang tabungan ibu dan ayah tidak cukup untuk membayar operasi ayah. Aku pun merasa sangat sedih, hari demi hari kulalui bersama air mata. aku merasa hidup ini tak ada artinya lagi jika ayahku meninggal dunia mungkin kebutuhan hidupku tidak terpenuhi karna ibuku adalah seorang penjahit dan penghasilannya tidak lebih dari Rp.30.000 per hari. setelah 20 hari kemudian ayahku berpesan pada ibuku,abangku,dan aku. Ia berpesan kepada ibu hemat-hemat dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari ia juga berkata kepada aku dan abangku rajin-rajin belajar tidak boleh sombong,kejar cita-citamu sampai kelangit. Setelah itu ia langsung menghembuskan napas terakhirnya di hadapan kami bertiga setelah itu zenazah ayah di bawa pulang kerumah untuk di semayangkan yg dulunya di keluarga kami tak ada kesedihan tetapi hanyalah kebahagiaan kini berubah hanyalah kesedihan yg berlarut di keluarga kami. Setelah 40hari ayah meninggal ibuku menyusul ayah ke alam barkah. Kami berdua pun semakin sedih karna di keluargaku tak ada lagi cahaya yg selalu menyinari aku dan abangku. Abangku mengambil uang tabungan ibu dan ayah. Ia berkata kepadaku uang itu untuk modal usaha, tetapi abangku berbohong kepadaku. Uang tabungan ibu dan ayah dibawahnya pergi entah kemana bersama surat-surat rumah. abangku pasti sudah mengecewakan ayah karna ia tidak berlaku jujur kepada adiknya sendiri . Setelah beberapa hari aku menunggu rumah sendiri aku masih agak takut karna teringat OLEH ZENAZA KEDUA ORANG TUAKU 
TETAPI AKU AKAN TERUS MENUNGGU DAN MENUNGGU    
tetapi aku harus besabar dan bersabar .
 
 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar